Constance Duncan, putri sulung dari tiga bersaudara, memilki banyak hal penting dalam pikirannya daripada sekedar berusaha mendapatkan seorang suami. Walaupun belum menikah, Con sangat sibuk karena ia berusaha untuk membayar hutang ayahnya, memperjuangkan hak-hak wanita, dan menerbitkan suratkabar bersama adik-adiknya. tak ada apapun atau seorangpun yang bisa mengalihkan perhatiannya. Sampai ia bertemu dengan Max.
Max Ensor adalah seorang politisi yang memiliki pandangan yang berbeda dengan Constance. Max adalah segalanya yang dibenci oleh Con. Tugas Max adalah meredam gerakan yang mendukung hak pilih wanita. Pandangan Max yang ketinggalan zaman itu membuat Con benar-benar kehilangan kesabaran dan hanya satu yang bisa dilakukannya : mengubah Max! Con tidak mengetahi kalau ternyata Max memiliki rencana yang sama. Tapi tak disangka, adu mulut yang yang selalu mewarnai pertemuan mereka perlahan-lahan berubah menjadi gairah yang tak terbendung. Max tidak pernah menduga kalau ia akan tertarik pada Con yang memiliki sikap dan pandangan yang radikal, sementara Con yang mendukung emansipasi wanita mulai menyadari kalau pandangan kolot Max malah membuatnya semakin terpikat kepada pria itu.
Perbedaan opini di antara mereka menjadi dinding penghalang yang sulit diruntuhkan. Mereka pun berniat untuk saling memengaruhi. Sanggupkah Constance mengubah pendirian Max yang kolot? Mampukah cinta menepiskan perbedaan yang begitu besar di antara mereka ? Dan akankah akhirnya perbedaan itu bisa menyatukan mereka?
Max Ensor adalah seorang politisi yang memiliki pandangan yang berbeda dengan Constance. Max adalah segalanya yang dibenci oleh Con. Tugas Max adalah meredam gerakan yang mendukung hak pilih wanita. Pandangan Max yang ketinggalan zaman itu membuat Con benar-benar kehilangan kesabaran dan hanya satu yang bisa dilakukannya : mengubah Max! Con tidak mengetahi kalau ternyata Max memiliki rencana yang sama. Tapi tak disangka, adu mulut yang yang selalu mewarnai pertemuan mereka perlahan-lahan berubah menjadi gairah yang tak terbendung. Max tidak pernah menduga kalau ia akan tertarik pada Con yang memiliki sikap dan pandangan yang radikal, sementara Con yang mendukung emansipasi wanita mulai menyadari kalau pandangan kolot Max malah membuatnya semakin terpikat kepada pria itu.
Perbedaan opini di antara mereka menjadi dinding penghalang yang sulit diruntuhkan. Mereka pun berniat untuk saling memengaruhi. Sanggupkah Constance mengubah pendirian Max yang kolot? Mampukah cinta menepiskan perbedaan yang begitu besar di antara mereka ? Dan akankah akhirnya perbedaan itu bisa menyatukan mereka?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar